Artikel

NETIZEN SANG MAHA BENAR : Kenapa orang mudah marah-marah di dunia maya?

  • Di Publikasikan Pada: 13 Jul 2023
  • Oleh: Admin
  • 8211

    Jika mengamati perkembangan di dunia maya khususnya media sosial, seringkali kita mendapati begitu mudahnya orang-orang memberikan komentar negatif pada kejadian yang bahkan belum jelas atau tidak ada kaitannya dengan kehidupan mereka.  Sering juga di sekitar kita ada orang-orang yang menunjukkan perbedaan perilaku saat bertemu langsung dibanding saat berinteraksi di media sosial. Waktu bertemu langsung sepertinya orang itu tertutup, tidak banyak komentar, apalagi berkata kasar pada orang lain. Tapi di dunia maya, orang tersebut menjadi lebih terbuka hingga mencurahkan masalah pribadi yang bisa dibaca oleh banyak orang, yang tidak dikenal sekalipun. Bahkan ia juga memberikan komentar yang cenderung kasar pada orang lain.  Sepertinya banyak ya orang yang seperti itu, atau jangan-jangan anda sendiri yang melakukannya?


Fenomena tersebut di dunia Psikologi dikenal sebagai Online Disinhibition Effect (ODE).  Ada dua tipe ODE, yaitu toxic disinhibition dan benign disinhibition.  Toxic disinhibition ditunjukkan oleh orang-orang yang lebih jahat pada orang lain di dunia maya dibandingkan di dunia nyata, sedangkan benign disinhibition terjadi ketika seseorang lebih terbuka dan membagikan hal-hal yang bersifat pribadi di dunia maya dibandingkan dunia nyata.  


Kenapa ya orang melakukannya? Paling tidak ada tiga penyebabnya. Yang pertama adalah anonimitas.  Kita bisa menggunakan identitas samaran di dunia maya, sehingga ketika orang lain tidak tahu siapa sebenarnya kita di dunia maya, kita jadi lebih bebas berekspresi di dunia maya, termasuk mengungkapkan masalah yang bersifat pribadi.  Yang mirip dengan anonimitas adalah invisibility.  Pada saat online, kita tidak tampak oleh orang lain, terutama pada saat berinteraksi melalui teks.  Kesempatan untuk tidak terlihat ini meningkatkan kemungkinan untuk melakukan sesuatu yang tidak mungkin kita lakukan di dunia nyata.  Yang kedua adalah lag time atau asynchronicity.  Pada saat mengunggah sesuatu di dunia maya, kita tidak harus menunggui sampai ada yang merespon.  Kita juga punya waktu untuk berpikir dan merespon dengan penuh pertimbangan, atau tidak merespon sama sekali seperti ungkapan “lempar batu sembunyi tangan”.  Berbeda dengan pertemuan langsung dimana ada tuntutan untuk langsung merespon orang lain.  Selain itu unggahan tersebut juga bisa ditarik kembali atau dihapus.  Yang ketiga adalah lack of nonverbal cues.  Kita tidak bisa melihat ekspresi wajah atau bahasa tubuh orang lain pada saat membaca atau melihat postingan kita, jadi kita tidak tahu apakah postingan tersebut menyakiti perasaan orang lain atau berdampak pada orang lain.


ODE punya dampak positif dan negatif. Positifnya, ODE membuat seseorang menjadi lebih terbuka serta lebih asertif karena bebas dalam berekspresi dan berpendapat.  Tentunya hal sisi positif ini jika disertai dengan literasi digital yang baik, serta menaati norma dan etika yang berlaku.  Sementara dampak negatifnya dapat mengarah pada perilaku agresif di dunia maya, seperti cyberbullying, dan group-think.  Bahayanya apa yang terjadi di dunia maya ini dapat menyebrang ke dunia nyata, misalnya public figure yang beramai-ramai dituduh melakukan hal yang tidak baik di dunia maya pada akhirnya juga dijauhi di dunia nyata.  Untuk itu diperlukan literasi digital yang baik agar dapat terhindar dari dampak negative ODE, misalnya dengan “think before posting” dan “think before sharing”.  Pastikan kita tahu betul apa tujuan dari semua hal yang kita lakukan di dunia maya, apakah akan mendatangkan lebih banyak manfaat atau sebaliknya bagi diri kita sendiri maupun orang lain. (DIA)