Artikel
Manajemen Sakarotul Maut dan Perawatan Jenazah: Mempersiapkan dan Menuju Husnul Khatimah
- Di Publikasikan Pada: 14 Jan 2025
- Oleh: Admin
- 1546
Pada tanggal 8 Januari 2025, Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surabaya mengadakan sebuah seminar bertajuk "Manajemen
Sakarotul Maut dan Perawatan Jenazah" di Masjid Al-Khoory UMSurabaya.
Acara ini dihadiri oleh para mahasiswa
angkatan 2023 yang ingin memperdalam pemahaman tentang proses
sakarotul maut serta perawatan jenazah dari perspektif psikologis dan
spiritual. Acara ini menghadirkan
narasumber berpengalaman yakni Imtihanatul Ma'isyatuts Tsalitsah, S.Ud., M.Pd.,
Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surabaya sekaligus anggota
Lembaga Dakwah Komunitas Pimpinan Daerah Muhammadiyah Surabaya (LDK PDM
Surabaya). Ada juga rekan-rekan mahasiswa yang berperan aktif dalam
melaksanakan praktek mentalqin, memandikan, mengkafani sampai mensholatkan.
Mereka adalah Adam Haydar Aria, Naia Elok Az Zahra, Abidah Ardelia P, Putri
Malinda A, Nasywa Ayudafari H, dan Najma Halimatus S.
Salah satu materi yang dibahas adalah adab
berkunjung ke rumah orang sakit. Dalam konteks ini, penting untuk memahami
bahwa kunjungan ke rumah sakit atau rumah orang sakit bukan hanya sekedar
formalitas, tetapi merupakan bentuk dukungan psikis, moral dan spiritual. Kunjungan yang dilakukan dengan
niat baik dapat memberikan dampak positif terhadap kesehatan mental pasien.
Dalam hal ini, pengunjung disarankan untuk membawa suasana yang tenang dan
penuh empati, serta menghindari pembicaraan yang dapat menambah beban pikiran orang yang sakit.
Selanjutnya, narasumber membahas tentang bagaimana
mempersiapkan dan mengajarkan hal-hal yang baik kepada yang sakit, konteks ini mengacu pada keluarga atau
seseorang yang sedang mengalami sakarotul maut. Sakarotul maut
adalah fase kritis menuju akhir kehidupan, di mana seseorang seringkali mengalami
ketidakpastian dan ketakutan. Dalam kondisi ini, dukungan psikologis menjadi
sangat penting. Adam Haydar menekankan bahwa memberikan pengertian tentang
kematian dan menjelaskan proses sakarotul maut dengan cara yang lembut dapat
membantu pasien merasa lebih tenang. Hal
ini menunjukkan bahwa seseorang
yang mendapatkan dukungan emosional yang baik cenderung mengalami penurunan
kecemasan dan stres.
Materi berikutnya adalah tentang mentalqin, yaitu
mengajarkan kalimat-kalimat tauhid kepada pasien agar mereka dapat mendapatkan
akhir yang baik atau Husnul Khatimah. Mentalqin merupakan praktik spiritual
yang memiliki makna mendalam dalam tradisi Islam. Naia dan Abidah menjelaskan bahwa kalimat tauhid
seperti "La ilaaha
illallah" dapat memberikan ketenangan jiwa dan
mempersiapkan pasien untuk menghadapi kematian. Praktik mentalqin terbukti efektif
dalam membantu seseorang
untuk menerima kenyataan kematian dengan lebih baik.
Praktik mentalqin, memandikan, mengkafani, dan
mensholatkan jenazah juga menjadi fokus pembahasan. Proses ini tidak hanya
merupakan kewajiban agama, tetapi juga memiliki arti penting dalam memberikan
penghormatan terakhir kepada yang telah meninggal. Imtihan menjelaskan bahwa
setiap langkah dalam proses ini harus dilakukan dengan penuh rasa hormat dan
keikhlasan. Dalam konteks ini, penting untuk melibatkan keluarga dan kerabat
dekat agar mereka merasa terlibat dalam proses perawatan jenazah agar keluarga yang terlibat dalam
proses perawatan jenazah cenderung memiliki proses berduka yang lebih sehat.
Akhirnya, narasumber
membahas makna filosofis tentang 'tidak adanya sujud dalam Shalat Jenazah'.
Shalat jenazah merupakan bentuk penghormatan terakhir yang dilakukan oleh umat
Islam kepada yang telah meninggal. “Dalam
shalat ini, tidak ada ruku’, sujud dan gerakan lain, yang
melambangkan bahwa pertama
kita semua adalah sama di hadapan Allah, tanpa membedakan status sosial,
ekonomi, atau latar belakang. Hal ini menunjukkan bahwa setiap manusia akan
kembali kepada Sang Pencipta dengan membawa amal perbuatan mereka. Pemahaman
ini penting untuk membangun kesadaran bahwa kematian adalah bagian dari siklus
kehidupan yang harus diterima dengan lapang dada. Kedua, tidak ada ruku’ dan sujud dalam sholat jenazah
mengajarkan kepada kita bahwa jangan pernah membungkuk apalagi bersujud kepada
orang yang hendak pergi”. Tegas
Imtihan.
Dalam kesimpulan, seminar "Manajemen
Sakarotul Maut dan Perawatan Jenazah" memberikan wawasan yang mendalam
tentang bagaimana kita dapat mendukung pasien dan keluarga mereka dalam
menghadapi proses sakarotul maut. Melalui pendekatan yang holistik, yang
mencakup aspek psikologis dan spiritual, kita dapat membantu menciptakan pengalaman
yang lebih bermakna dan penuh kedamaian bagi mereka yang sedang menghadapi
akhir hayat. Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip yang dibahas dalam
seminar ini, diharapkan kita dapat lebih siap dalam menghadapi kematian, baik
sebagai individu maupun sebagai masyarakat.